Rabu, 04 Mei 2016

Sejarah Lompat Tali

PEMBAHASAN

  1.  Pengertian dan Sejarah

                   

Siapa yang tidak tahu permainan yang menggunakan karet disatukan sampai panjangnya mencapai 2-3 meter ini? Yap, lompat tali atau biasa kita sebut lompat karet. Saya yakin kalian semua pasti pernah mengalaminya sewaktu masa kanak-kanak dahulu. Mudahnya perlengkapan yang dibutuhkan, membuat permainan ini juga mudah ditemukan hampir di seluruh wilayah Indonesia. Meskipun dibeberapa tempat memiliki nama khasnya masing-masing. Permainan lompat tali ini sangat identik dengan kaum perempuan, walaupun tidak jarang anak laki-lakipun mengikuti permainan ini. Salah satu nama permainan ini yaitu permainan Tali Merdeka yang di kenal oleh masyarakat di Prov. Riau dan sekitarnya.

Permainan Tali Merdeka adalah sebutan untuk mereka yang tinggal di Provinsi Riau. Di daerah yang masyarakatnya adalah pendukung kebudayaan Melayu ini ada sebuah permainan yang disebut sebagai tali merdeka. Inti dari permainan ini adalah melompat tali-karet yang tersimpul. Penamaan permainan ini ada kaitannya dengan tingkah laku atau perbuatan yang dilakukan pemain itu sendiri, khususnya pada lompatan yang terakhir. Pada lompatan ini (yang terakhir), tali direnggangkan oleh pemegangnya setinggi kepalan tangan yang diacungkan keudara. Kepalan tangan tersebut hamper mirip dengan apa yang dilakukan oleh para pejuang ketika mengucapkan kata “merdeka”.

Gerakan tangan yang menyerupai simbol kemerdekaan itulah yang kemudian dijadikan sebagai nama permainan yang bersangkutan. Kapan dan dari mana permainan ini bermula sulit diketahui secara pasti. Namun, dari nama permainan itu sendiri dapat diduga bahwa permainan ini muncul di zaman penjajahan.

2. Alat-Alat Yang Diperlukan

Peralatan yang digunakan dalam permainan ini adalah karet-karet gelang yang dianyam memanjang. Cara menganyamnya adalah dengan menyambungkan dua buah karet pada dua buah karet lainnya hingga memanjang dengan ukuran sekitar 3-4 meter. Karet-karet tersebut berbentuk bulat seperti gelang yang banyak terdapat di pasar-pasar tradisional. Karet tersebut tidak dijual perbuah, melainkan dalam bentuk satuan berat (gram, ons, dan kilo).

Fungsi karet pada umumnya adalah sebagai pengikat plastik-plastik pembungkus makanan, pengikat rambut dan barang-barang lainnya yang tidak membutuhkan pengikat yang kuat, karena karet akan mudah putus jika dipakai untuk mengikat terlalu kuat pada suatu benda. Oleh karena itu, sewaktu membuat anyaman untuk membentuk tali karet, diperlukan dua buah karet yang disambungkan dengan dua buah karet lain agar tidak lekas putus oleh anggota tubuh pemain yang sedang melompat. Ada kalanya tali-karet dianyam dengan menyambungkan 3-4 buah karet sekaligus, agar tali menjadi semakin kuat dan dapat dipakai berkali-kali.

3. Cara Bermain

Untuk bermain permainan ini dibutuhkan minimal 4 orang anak. Pertama harus ada dua pemain yang jaga. Dan yang menjaga ini yang memegang karet di kedua belah sisi yang saling berhadapan. Pemain yang tidak jaga harus melompati karet tersebut. Biasanya untuk menentukan siapa yang jaga dilakukan hompimpa. Permainan lompat tali tergolong sederhana karena hanya melompati anyaman karet dengan ketinggian tertentu. Jika pemain dapat melompati tali-karet tersebut, maka ia akan tetap menjadi pelompat hingga merasa lelah dan berhenti bermain. Namun, apabila gagal sewaktu melompat, pemain tersebut harus menggantikan posisi pemegang tali hingga ada pemain lain yang juga gagal dan menggantikan posisinya.

Nah, pada permainan lompat tali ini para pelompat harus melompati beberapa posisi:

(1) tali berada pada batas lutut pemegang tali; pada posisi ini pelompat tidak boleh mengenai tali

(2) tali berada sebatas (di) pinggang (sewaktu melompat pemain masih tidak boleh mengenai tali karet sebab jika mengenainya, maka ia akan menggantikan posisi pemegang tali;

Foto-0066

(3) posisi tali berada di dada pemegang tali (pada posisi yang dianggap cukup tinggi ini pemain boleh mengenai tali sewaktu melompat, asalkan lompatannya berada di atas tali dan tidak terjerat);

Lompat Getah

(4) posisi tali sebatas telinga;

images (1) (1)

(5) posisi tali sebatas kepala;

Lompat-Tali-6-warawirigue.blogspot.com_

(6) posisi tali satu jengkal dari kepala; biasanya kita sering menyebutnya dengan posisi ‘kilan’

(7) posisi tali dua jengkal dari kepala atau posisi yang satu ini kita kenal dengan ‘dua kilan’; dan

(8) posisi tali seacungan atau hasta pemegang tali, nah posisi yang disebut dengan posisi ‘merdeka’.

permainan lompat tali

4. Manfaat

Permainan yang disebut sebagai tali merdeka ini mengandung nilai kerja keras, ketangkasan, kecermatan dan sportivitas. Nilai kerja keras tercermin dari semangat pemain yang berusaha agar dapat melompati tali dengan berbagai macam ketinggian. Nilai ketangkasan dan kecermatan tercermin dari usaha pemain untuk memperkirakan antara tingginya tali dengan lompatan yang akan dilakukannya. Ketangkasan dan kecermatan dalam bermain hanya dapat dimiliki, apabila seseorang sering bermain dan atau berlatih melompati tali merdeka. Sedangkan nilai sportivitas tercermin dari sikap pemain yang tidak berbuat curang dan bersedia menggantikan pemegang tali jika melanggar peraturan yang telah ditetapkan dalam permainan.

Ternyata bermain lompat tali karet mempunyai banyak manfaat untuk anak-anak, diantaranya adalah:

  • Motorik kasar

Main lompat tali merupakan suatu kegiatan yang baik bagi tubuh. Secara fisik anak jadi lebih terampil, karena bisa belajar cara dan teknik melompat yang dalam permainan ini memang memerlukan keterampilan sendiri. Lama-lama, bila sering dilakukan, anak dapat tumbuh menjadi cekatan, tangkas dan dinamis. Otot-ototnya pun padat dan berisi, kuat serta terlatih. Selain melatih fisik, mainan ini juga bisa membuat anak-anak mahir melompat tinggi dan mengembangkan kecerdasan kinestetik anak. Lompat tali juga dapat membantu mengurangi obesitas pada anak.

  • Emosi

Untuk melakukan suatu lompatan dengan ketinggian tertentu dibutuhkan keberanian dari anak. Berarti, secara emosi ia dituntut untuk membuat suatu keputusan besar, mau melakukan tindakan melompat atau tidak. Dan juga saat bermain, anak-anak akan melepaskan emosinya. Mereka berteriak, tertawa dan bergerak.

  • Ketelitian dan Akurasi

Anak juga belajar melihat suatu ketepatan dan ketelitian. Misalnya, bagaimana ketika tali diayunkan, ia dapat melompat sedemikian rupa sehingga tidak sampai terjerat tali dengan berusaha mengikuti ritme ayunan. Semakin cepat gerak ayunan tali, semakin cepat ia harus melompat.

  • Sosialisasi

Untuk bermain tali secara berkelompok, anak membutuhkan teman yang berarti memberi kesempatannya untuk bersosialisasi sehingga ia terbiasa dan nyaman dalam kelompok. Ia dapat belajar berempati, bergiliran, menaati aturan dan yang lainnya.

  • Intelektual

Saat melakukan lompatan, terkadang anak perlu berhitung secara matematis agar lompatannya sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan dalam aturan permainan. Umpamanya, anak harus melakukan lima kali lompatan saat tali diayunkan, bila lebih atau kurang ia harus gantian menjadi pemegang tali. Anak juga secara tidak langsung belajar dengan cara melihat dari teman-temannya agar bisa mahir dalam melakukan permainan tersebut.

  • Moral

Dalam permainan tradisional mengenal konsep menang atau kalah. Namun, menang atau kalah tidak menjadikan para pemainnya bertengkar, mereka belajar untuk bersikap sportif dalam setiap permainan. Dan juga tidak ada yang unggul, karena setiap orang punya kelebihan masing-masing untuk setiap permainan, hal tersebut meminimalisir ego di diri anak-anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar